Untuk membantu fotografer mendapat setting paling tepat untuk pajanan, digunakan lightmeter. Lightmeter, yang biasanya sudah ada di dalam kamera, akan mengukur intensitas cahaya yang masuk ke dalam kamera. Sehingga didapat pajanan normal.
Hal-hal yang mempengaruhi pajanan
Pajanan dipengaruhi oleh tujuh hal, yaitu:- Jenis dan intensitas sumber cahaya
- Respon benda terhadap cahaya
- Jarak kamera dengan benda
- Shutter speed.
- Bukaan.
- Ukuran ISO/ASA film yang digunakan.
- Penggunaan filter tertentu.
Pengaruh tingkat pajanan
Tingkat pajanan akan memengaruhi tingkat keterangan foto secara keseluruhan.Selain itu, respon tiap benda di dalam satu karya fotografi akan berbeda, sehingga dengan pengolahan yang tepat fotografer bisa mengatur emphasis yang dihasilkan.
Pajanan tidak normal
Ada dua jenis pajanan tidak normal yang sering ditemui di dalam karya fotografi, yaitu over eksposure dan under exposure.Overexposure adalah keadaan foto yang dipajan lebih lama dari yang diinstruksikan lightmeter atau subjek yang ditangkap lebih terang dari sebenarnya. Sementara under exposure adalah keadaan sebaliknya.
Tidak ada ukuran benar atau salah untuk penentuan pajanan. Seluruhnya tergantung tingkat emphasis dan hasil foto yang diinginkan fotografer.
Nilai Pajanan
Seperti kita ketahui bahwa cahaya luar akan diteruskan oleh lensa menuju ke atas focal plane. Dalam perjalanannya, cahaya tersebut melewati rintangan-rintangan optik sepanjang jajaran lensa dan sebagian darinya akan diredam (karena tidak mempunyai amplitudo/intensitas yang cukup siknifikan), atau terpantul oleh permukaan tiap-tiap jajaran lensa hingga memengaruhi akurasi warna pada hasil foto akhir, menimbulkan efek flare atau ghosting artifact/motion blur; sebagai akibat dari sifat lensa yang meneruskan, membiaskan, meredam, memantulkan cahaya.Ini berarti bahwa, walaupun lensa-lensa komersial telah ditera berdasarkan standar CCI (Colour Contribution Index) yang ditetapkan oleh IOS (International Organization for Standardization), penggunaan bahan gelas/kaca yang berbeda untuk tiap-tiap lensa beserta jenis coating yang dipakai akan berpengaruh pada lebar spektrum dan intensitas cahaya yang sampai ke permukaan focal plane.
Pada sekitar tahun 1950, konsep mengenai en:exposure value dikembangkan di Jerman untuk menyederhanakan pengukuran cahaya yang jatuh ke atas focal plane dengan menghilangkan parameter lensa untuk mendefinisikan nilai pajanan yang absolut menjadi relatif.
Nilai pajanan absolut menurut standar fotometri didefinisikan sebagai daya pendar (, bukan intensitas) cahaya yang terjadi di atas focal plane pada rentang waktu tertentu, dirumus: [1]
- adalah nilai pajanan/luminous exposure (lux detik)
- adalah tingkat iluminasi pada focal plane (lux)
- adalah rentang waktu iluminasi (detik)
- adalah nilai pajanan (stop)
- adalah nilai aperture (f-number)
- adalah nilai shutter speed/rentang waktu iluminasi (detik)
- A adalah nilai aperture (f-number)
- T adalah rentang waktu iluminasi/shutter speed (detik)
- Ev adalah nilai pajanan (stop)
- Av adalah nilai f-stop (stop)
- Tv adalah nilai shutter-stop (stop)
-
Table 1. Exposure times, in seconds,* for various exposure values and f-numbers EV f-number 1.0 1.4 2.0 2.8 4.0 5.6 8.0 11 16 22 32 45 64 −6 60 2 m 4 m 8 m 16 m 32 m 64 m 128 m 256 m 512 m 1024 m 2048 m 4096 m −5 30 60 2 m 4 m 8 m 16 m 32 m 64 m 128 m 256 m 512 m 1024 m 2048 m −4 15 30 60 2 m 4 m 8 m 16 m 32 m 64 m 128 m 256 m 512 m 1024 m −3 8 15 30 60 2 m 4 m 8 m 16 m 32 m 64 m 128 m 256 m 512 m −2 4 8 15 30 60 2 m 4 m 8 m 16 m 32 m 64 m 128 m 256 m −1 2 4 8 15 30 60 2 m 4 m 8 m 16 m 32 m 64 m 128 m 0 1 2 4 8 15 30 60 2 m 4 m 8 m 16 m 32 m 64 m 1 1/2 1 2 4 8 15 30 60 2 m 4 m 8 m 16 m 32 m 2 1/4 1/2 1 2 4 8 15 30 60 2 m 4 m 8 m 16 m 3 1/8 1/4 1/2 1 2 4 8 15 30 60 2 m 4 m 8 m 4 1/15 1/8 1/4 1/2 1 2 4 8 15 30 60 2 m 4 m 5 1/30 1/15 1/8 1/4 1/2 1 2 4 8 15 30 60 2 m 6 1/60 1/30 1/15 1/8 1/4 1/2 1 2 4 8 15 30 60 7 1/125 1/60 1/30 1/15 1/8 1/4 1/2 1 2 4 8 15 30 8 1/250 1/125 1/60 1/30 1/15 1/8 1/4 1/2 1 2 4 8 15 9 1/500 1/250 1/125 1/60 1/30 1/15 1/8 1/4 1/2 1 2 4 8 10 1/1000 1/500 1/250 1/125 1/60 1/30 1/15 1/8 1/4 1/2 1 2 4 11 1/2000 1/1000 1/500 1/250 1/125 1/60 1/30 1/15 1/8 1/4 1/2 1 2 12 1/4000 1/2000 1/1000 1/500 1/250 1/125 1/60 1/30 1/15 1/8 1/4 1/2 1 13 1/8000 1/4000 1/2000 1/1000 1/500 1/250 1/125 1/60 1/30 1/15 1/8 1/4 1/2 14 1/8000 1/4000 1/2000 1/1000 1/500 1/250 1/125 1/60 1/30 1/15 1/8 1/4 15 1/8000 1/4000 1/2000 1/1000 1/500 1/250 1/125 1/60 1/30 1/15 1/8 16 1/8000 1/4000 1/2000 1/1000 1/500 1/250 1/125 1/60 1/30 1/15
Dengan demikian, sebagai contoh: nilai pajanan 3 stop pada ISO 100 tidak menunjukkan tingkat iluminasi yang sama dengan nilai pajanan 3 stop pada ISO 400. Korelasi antara nilai pajanan dengan ISO dirumuskan:
Exposure bracketing
Exposure bracketing juga dapat dilakukan dengan menaikkan shutter 1 stop dan menurunkan f-number 1 stop untuk mendapatkan nilai pajanan yang sama. Hasil foto untuk bracketing semacam ini dapat menimbulkan motion blur akibat perbedaan penggunaan shutter speed, seperti tampak pada gambar di samping.
Pajanan sebagai tingkat visibilitas
Tingkat iluminasi yang terjadi di atas focal plane, walaupun bernilai sama, dapat menghasilkan foto dengan efek pencahayaan yang berbeda-beda menurut ISO rating yang digunakan. Dalam bahasa Inggris, pajanan semacam ini tidak disebut sebagai exposure, melainkan sebagai imposure atau dynamic range atau light value atau brightness value atau level of exposure. Keadaan tingkat visibilitas rendah disebut under-imposed, yang dapat terjadi karena over-exposed atau under-exposed.sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Pajanan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar